Hari Jumat (22/2)
merupakan hari pertama pelaksanaan kegiatan Heritage
Camp 2013 di Pondok
Pemuda Ambarbinangun, Yogyakarta. Kegiatan dengan tema "Konservasi Kreatif oleh
Pemuda” ini diselenggarakan oleh Lontara Project
dan mahasiswa Universitas Gadjah Mada, yang bermitra dengan AFS Bina Antar
Budaya dan disponsori oleh American
Council. Sebanyak 35 pemuda dari berbagai daerah di Indonesia telah
berpartisipasi dalam kegiatan ini yang bertujuan untuk memperkenalkan kembali
beragam warisan budaya di Indonesia dan bagaimana upaya melestarikannya dengan
cara kreatif masa kini dan sesuai dengan pola pikir anak muda.
Putri
Agustina adalah salah satu dari dua orang delegasi dari DKI Jakarta. Ia adalah
seorang mahasiswi di Universitas Negeri Jakarta tahun ketiga yang memiliki
ketertarikan dalam bidang kebudayaan. Aplikasinya lolos dan terpilih dari 273
pendaftar yang berasal dari seluruh Indonesia. Ia ingin mencari
informasi tentang cara pelestarian budaya yang kreatif oleh generasi muda.
Para
peserta mengikuti sesi lecturing dari
para narasumber yang merupakan praktisi pelestarian dan pengembangan budaya
diantaranya Arkeolog Daud Tanudirjo, Filiolog Sinta Ridwan, Sutradara Garin
Nugroho, Musisi Djaduk Ferianto, Komikus Is Yuniarto, Kritikus Seni Suwarno
Wisetrotomo, dan pendiri Yogya Heritage Society Laretna Adhisakti.
Materi
pertama yaitu Klasifikasi Pusaka Indonesia oleh Bapak Daud Tanudirjo. Bapak
Daud memberikan pemahaman mengenai beberapa pengertian dan perbedaan istilah
dalam budaya serta klasifikasinya. Dijelaskan pula mengenai hakekat upaya
pelestarian yang sebenarnya bukan semata-mata melestasikan benda cagar budaya,
tetapi yang tidak kalah penting adalah melestarikan nilai-nilai budaya yang ada
di balik benda-benda tersebut.
Materi
kedua yaitu Dokumentasi Manuskrip di Indonesia oleh Teteh Sinta Ridwan. Dari
penjelasan Teh Sinta, ternyata terdapat 750 lebih bahasa dan banyak naskah kuno
di Indonesia. Tidak banyak orang yang memiliki kepedulian terhadap naskah-naskah
bersejarah tersebut. Kondisinya begitu memprihatinkan. Bahkan jumlah orang yang
dapat membaca aksara sangat sedikit. Hingga dapat diambil kesimpulan jika orang
yang dapat membaca atau mengerti bahasa dalam naskah kuno tersebut wafat, maka
bahasa akan hilang dan naskah kuno tersebut juga tidak akan bisa dipahami atau
dipelajari lagi.
Materi
ketiga yaitu Film untuk Memperkenalkan Peradaban oleh Garin Nugroho. Sutradara
yang telah menciptakan banyak karya yang luar biasa ini begitu menginspirasi
dalam menjaga kelestarian budaya melalui film. Tidak jauh berbeda dengan materi
keempat yaitu Proses Kreatif Kua Etnika oleh Musisi Djaduk Ferianto yang menginsipirasi
untuk melestarikan musik yang mengandung unsur kebudayaan. Kemudian materi
kelima yaitu Dunia Wayang dalam Komik oleh Komikus Is Yuniarto yang
menginspirasi kemudahan untuk membuat komik sekaligus menyelipkan unsur
kebudayaan dalam karyanya.
Materi
keenam yaitu Seni sebagai Alat Perekam Peradaban oleh Kritikus Seni Suwarno
Wisetrotomo. Materi ini memberi masukan kepada kita bagaimana cara
mengapresiasi sebuah karya seni dan kaitannya dengan budaya/pusaka. Materi
ketujuh yaitu Melestarikan Situs Budaya oleh pendiri Yogya Heritage Society
Laretna Adhisakti. Banyak informasi yang diberikan antara lain mengenai gerakan
pusaka indonesia. Saat ini kita masih berada dalam pelestarian pusaka dekade II
(Dasa Warsa Pelestarian Budaya 2004-2013). Kita akan segera menyongsong dekade
III pelestarian budaya 2013-2023, pusaka untuk kesejahteraa rakyat.
Heritage Camp 2013
turut memberikan pengalaman kepada peserta untuk observasi langsung ke kawasan
Budaya yaitu Oma UGM, Kotagede. Peserta diberikan kesempatan untuk mengamati
dan mendiskusikan mengenai upaya konservasi kreatif terbaik untuk Oma UGM.
Peserta juga diminta menyusun ide konservasi kreatif (Action Plan) lain untuk dilaksanakan di daerah asal masing-masing. Selain
itu, peserta juga mengunjungi Dagadu dan Malioboro.
Senin
malam (25/2) merupakan malam penutupan acara Heritage Camp 2013 angkatan pertama ini. Peserta mengenakan busana daerah masing-masing. Rangkaian acara pada malam
tersebut adalah pertunjukan opera Rama dan Sinta oleh seluruh peserta. Beberapa
tarian dan persembahan musik khas dari provinsi yang berbeda menambah
kemeriahan acara yang dihadiri oleh para undangan dan masyarakat sekitar.
Peserta mendapatkan sertifikat penghargaan dan amanah untuk menyebarkan
virus-virus pelestarian budaya nusantara di daerahnya masing-masing serta mempersiapkan program untuk
memeriahkan World Heritage Day pada
18 April mendatang.
Cekidot Videonya:
Versi Harlem Shakenya:
Cekidot Videonya:
Kesan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar