Seoul yang Tertunda
Dan bahkan manusia hanya memperoleh apa yang diusahakannya, dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna. (Q.S. an-Najm: 39-41)
Ayat tersebut mengingatkanku pada tanggal 13 Juni 2012
lalu. Tentang sebuah pengumuman yang menyebutkan bahwa aku terpilih menjadi salah
satu peserta IYE (International Youth
Exchange) ke Seoul, Korea Selatan. Setelah membaca kalimat barusan, pasti
kalian bisa tahu bagaimana perasaanku saat itu. Ya aku gembira, namun
nyatanya ada suatu ganjalan. Aku lupa kalau ketentuan dari kegiatan tersebut mewajibkan
peserta terpilih untuk membayar segala keperluan perjalanan ke Seoul sebesar
Rp. 17.000.000.
Tabungan yang tersisa rasanya tidak cukup untuk
menanggung biaya sebesar itu, menabung lagi tentu tidak akan cukup juga. Ku ingat,
saat itu seharusnya aku memiliki waktu satu bulan lebih untuk berusaha mencari
dana. Namun aku terlena dalam kegamangan selama kurang lebih dua minggu tanpa
pergerakan apapun. Sejujurnya semangatku menurun dari hari ke hari.
Sampai pada suatu hari, entah mengapa pikiranku mulai
terbuka setelah membaca blog-blog orang yang posisinya sama sepertiku. Mereka
tidak hanya diam, mereka bergerak dan berjuang. Saat itu aku merasa telah
menyia-nyiakan banyak waktu padahal harusnya aku berjuang jika aku memang menginginkan
kesempatan itu. Ya akhirnya aku membuat proposal permohonan dana.
Aku membuat banyak proposal dan nampak “rempong”
sekali. Dengan pengalaman, referensi, kemampuan, dan jaringan
seadanya, akupun memberanikan diri menyebarkan proposal sederhana itu baik ke
pihak pemerintah maupun swasta. Aku menikmati perjalananku itu, memasuki gedung
perkantoran, bertemu resepsionis bahkan sampai pihak pemasaran, pernah juga
berjalan kaki dari Senayan City menuju
Kemenpora yang berada di ujung jalan Asia Afrika sana namun harus berbesar hati kembali pulang tanpa
memasukkan proposal karena ada surat keterangan yang tertinggal. Entahlah...
Waktu terus berlalu namun follow up tak kunjung datang. Sampai akhirnya, aku memutuskan
untuk membuat paspor saja untuk berjaga-jaga. Aku memutar otak, hingga
akhirnya Hartini dan Noerlia mendukung untuk bekerja sama membuat projek yang
diusung dari kegiatan tersebut yang jika lolos akan mendapatkan reward. Singkat cerita, sampai batas waktu pembayaran
tidak ada satupun sponsor yang mendukung. Projek yang dibuat ternyata tidak
lolos juga. Sehingga sudah dapat dipastikan kalau aku tidak mungkin berangkat ke Seoul di
program itu - walau peluh, tenaga, uang, waktu serta pengorbanan lain tentu
membuat down-ing dan kecewa. Namun
aku pun menyadari bahwa banyak pembelajaran berharga dari semua itu dan sesaat semangatku
kembali berkobar. Aku jadikan pasporku sebagai motivasi besar dalam hidupku
untuk mencapai impian – going abroad.
Aku yakin dengan berlakunya paspor ini selama lima tahun, pasti akan terisi di kurun waktu tersebut.
Kesempatan Abroad
Pertamaku
Catatan mengenai kesempatan perdanaku menghirup
atmosfer negara lain sudah ku ceritakan disini.
Inikah Waktu yang Tepat?
Setelah pulang dari Moskow, aku pun langsung
melaksanakan kewajibanku untuk PKL di Kemenko Perekonomian RI. Sampai akhirnya
aku teringat bahwa sebelumnya aku pernah mendaftar seleksi kegiatan internasional, yaitu Jakarta Sister City untuk pergi ke Seoul atau Beijing. Waktu seleksi yang
beberapa kali dimundurkan, sehingga pada akhirnya waktu seleksi bertepatan pada
waktu aku sudah PKM (Praktik Keterampilan Mengajar) di sekolah. Bukan sesuatu
yang mudah untuk mendapatkan izin memakai waktu kerja demi kepentingan pribadi
seperti ini. Awalnya aku memang sudah down-ing
untuk meneruskan program ini karena kewajibanku di sekolah. Namun entahlah,
rasanya timbul dorongan untuk melanjutkannya. Aku memberanikan diri meminta
izin kepada guru pamongku. Ternyata beliau mengizinkan.
Tepat pada hari Rabu, 21 Agustus 2013 seleksi program
Jakarta Sister City diselenggarakan
di GOR Otista, Jakarta Timur. Di sana aku bertemu dengan wajah-wajah yang cukup
familiar. Aku berdiri di antrian Jakarta Sister
City to Seoul dan sesampainya di dalam aku baru melihat bahwa banyak sekali
pendaftar yang memilih Seoul, apalagi jumlah pemudi dua kali lipat dari pemudanya.
Seleksi pertama yaitu mengerjakan 100 pilihan ganda yang terdiri dari soal pengetahuan
Internasional, Jakarta, Seoul, Beijing, serta kemampuan bahasa Inggris. Setelah
ujian pertama selesai, dilanjutkan dengan FGD berbahasa inggris dengan membentuk
beberapa kelompok kecil untuk membahas salah satu tema yang diusung oleh
program ini (Nasionalisme dan Kepemimpinan, Kewirausahaan, serta Sosial Budaya).
Sore harinya diumumkan siapa saja yang masuk ke dalam daftar finalis, baik ke
Seoul maupun Beijing. Sampai akhirnya nomorku 2167 masuk menjadi 15 besar
finalis pemudi untuk program ke Seoul. Semua finalis akan melewati dua
rangkaian seleksi yaitu penampilan seni budaya dan wawancara di keesokan
harinya. Malam itu yang menjadi beban pikiranku adalah kesenian apa yang harus
aku tampilkan, karena pada dasarnya aku tidak memiliki bakat seni.
Aku pun melewati rangkaian wawancara mengenai
kepribadian diri serta pengetahuan tentang negara tujuan. Kebaya encim aku
persiapkan guna menjadi propertiku untuk memberikan pertunjukan kesenian. Aku
menyanyikan lagu dari Sumatera Utara dengan judul “Ketabo” lalu menyanyi lagu “Ondel-ondel”
dari Jakarta. Sungguh merasa timpang sekali setelah melihat semua penampilan
kesenian peserta lain. Mereka bisa menari, lenong, silat, story telling, bermain alat musik, dan lain sebagainya. Panitia
memberitahukan bahwa peserta yang terpilih untuk program Seoul dan Beijing akan
diumumkan esok hari dengan menempel informasi tersebut di GOR Otista. Ya, aku
sudah berusaha memberikan yang terbaik. Apapun hasilnya aku percaya bahwa itu
yang terbaik.
Keesokan harinya Chella mengirimkan gambar melalui twitter yang isinya
adalah pengumuman 8 nomor pemudi yang terpilih untuk ke Seoul. Dan akhirnya aku
melihat nomor 2167 ada di daftar itu. Ya Allah, aku akan ke Seoul.^^ Kemudian
aku pun terefleksi akan kejadian pada bulan Juni di tahun 2012 lalu. Alhamdulillah Ya
Rabb, Engkau akan menghadiahkan keberangkatan ke Seoul yang tertunda waktu itu.
Jakarta Sister
City – Seoul
Pendahuluan yang terlalu panjang untuk sampai pada
rekam jejakku di Seoul dalam program Jakarta Sister City ini. Semoga teman-teman tidak bosan membacanya ya.
Hehehe ^^
Sebelum masuk ke cerita utama, aku akan menceritakan
masa-masa dimana kami, setelah pengumuman peserta yang lolos, menghadiri
pertemuan setiap Sabtu - Minggu selama 9 kali dan melaksanakan PDT (Pre-departure Training) selama 3 hari di
Cibubur sebelum keberangkatan untuk mendapatkan ilmu terlebih dahulu sebagai Youth Ambassador. Kami membuat paper mengenai nasionalisme dan
kepemimpinan, kewirausahaan, serta sosial budaya. Selain itu tentu kami
mempresentasikan paper serta mendapatkan masukan tentang bagaimana menyajikan
presentasi serta berkomunikasi yang baik dengan bahasa inggris. Kami juga
belajar menyelenggarakan penampilan kesenian, kami belajar dan berlatih menari,
bermain angklung, dan kesenian lainnya. Kami dibekali ilmu penulisan ilmiah,
diplomasi, protokoler, serta PBB. Kami diajarkan tentang bagaimana menjadi Youth Ambassador yang baik serta bagaimana menjadi kontingen yang solid. Bisa dibayangkan betapa kami harus membagi waktu untuk persiapan kegiatan ini di tengah kesibukan kami yang lainnya. Namun demi Jakarta dan demi "Padamu Negeri Kami Mengabdi" membuat semangat kami terus menyala.
Kami juga
ditetapkan untuk memiliki “couple”
yang diperuntukan untuk saling mengingatkan dan menjaga. Couple-ku adalah Bang Andi Yoga Trihartanto, 23 tahun, sosok
laki-laki yang cerdas dan berwibawa , sosok kakak yang perhatian dan dewasa. Bang Yoga, begitu sapaan akrabnya bekerja di Kementerian Keuangan. Dengan irama khusus, kami menyebutkan "Couple Lima Lengkap" saat aba-aba periksa couple. Kamipun kerap bergandengan tangan, haha hanya di program ini tentunya. Bang Yoga itu terpilih menjadi pengajar di kelas inspiratif lho dan berencana menikah tahun depan sama Kak Dita, semoga lancar Bang^^
Yang tak lupa ingin ku
ungkapkan kepada kalian, bahwa aku bangga sekali bisa mengenakan pakaian yang kami
sebut A1. Seragam kenegaraan berwarna hitam, dilengkapi dengan peci, Burung Garuda, pin
bendera Merah Putih, dan name tag. Menjadi simbol bahwa kami adalah Youth Ambassador yang mewakili Jakarta di kancah dunia. Itu merupakan salah satu pakaian harapanku yang sudah lama
terinspirasi sejak PCMI (Purna Caraka Muda Indonesia) roadshow ke kampusku. Identitas ini akan selalu ku jaga sampai akhir hayat.
Kontingen Jakarta Sister City berangkat tanggal 19
Oktober 2013 pukul 23.45 dan sampai di Bandara Incheon esok harinya. Setelah
sampai di Seoul, kontingen disambut oleh penyelenggara
acara yaitu Global Activist yang
dipimpin oleh Kim. Tempat yang pertama kali dikunjungi yaitu Seoul City Hall yang memiliki perpustakaan
internasional. Perpustakaan dengan layout
yang menarik serta koleksi buku yang banyak menjadi keunggulan dari tempat
ini. Di depan City Hall yang luas ini
juga terdapat lapangan hijau asri yang menjadi tempat berkumpul masyarakat
Seoul. Kontingen Jakarta Sister City-Seoul
berinisiatif untuk menampilkan tari Saman dari Aceh. Masyarakat Korea yang
berada di sana sangat mengapresiasi penampilan kesenian tersebut.
Hari kedua program
Jakarta Sister City diawali dengan
audiensi dengan KBRI - Seoul. Perwakilan dari Duta Besar Indonesia, Bapak Nur
Hadi memberikan sambutan dan arahan kepada kontingen Jakarta Sister City. Beliau memberikan
informasi mengenai tiga tema yaitu nasionalisme, kewirausahaan, dan seni budaya
di Seoul melalui sesi tanya-jawab. Acara selanjutnya dipandu
oleh pemuda dari Mapo Youth Center di
daerah Mapo-gu. Organisasi binaan pemerintah Korea ini memiliki banyak program
yang menunjang kegiatan kepemudaan di Seoul. Kontingen Jakarta Sister City dan pemuda Mapo memperkenalkan diri serta memberikan penjelasan
mengenai program masing-masing. Mapo
Youth Center memiliki banyak fasilitas penunjang kegiatan kepemudaan
seperti broadcasting, olahraga, dan
kesenian. Pemuda Mapo mendampingi kontingen Jakarta Sister City untuk mengunjungi DMC (Digital Media City) yang menyimpan banyak karya cipta digital yang
inovatif dari Korea.
Pada hari ketiga
program Jakarta Sister City diawali
dengan kunjungan ke Samsung D'light.
Di sana terdapat berbagai macam produk Samsung yang dipamerkan dan dijual.
Banyak sekali fitur-fitur lain yang ada disana seperti software, aplikasi, dan perangkat lain yang bisa dicoba langsung
oleh pengunjung. Kontingen Jakarta Sister
City mengunjungi Korea Fashion Street,
di mana tempat tersebut terdiri dari toko-toko pakaian, sepatu, aksesoris, dan
lain sebagainya membentuk suatu kawasan perbelanjaan yang ramai dikunjungi baik
untuk orang lokal maupun asing. Di sana terdapat beberapa pemandu turis
berseragam merah yang bertugas untuk berjaga di kawasan belanja tersebut. Di
lokasi yang sama, Apgujeong (Gangnam), Kontingen Jakarta Sister City mengunjungi Korea Entertainment
Research, di mana tempat ini berisi informasi mengenai budaya modern yang
saat ini sedang populer di Korea seperti KPop dan KDrama, serta informasi lain
mengenai operasi plastik dan pariwisata kota Seoul. Kontingen Jakarta Sister City juga mengunjungi Coex. Coex
merupakan akuarium yang berada di dalam mall dengan suasana dibuat sedemikian
erat dengan alam. Berbagai jenis akuarium dan satwa air dipamerkan di dalamnya.
Pada hari keempat, perjalanan
Kontingen Jakarta Sister City dimulai
dengan kunjungan ke istana Gyeongbok yang kokoh dan megah walaupun dulu sempat
hancur karena dijajah oleh Jepang. Istana bersejarah peninggalan masa Dinasti Joseon
ini terdiri dari bangunan khusus untuk raja, ratu, dan tempat menjamu tamu.
Komplek bangunan bersejarah ini direnovasi ulang namun masih menjaga nilai
sejarahnya. Istana negara Korea Selatan (Blue
House) juga berada dalam komplek istana Gyeongbok ini. Acara dilanjutkan
dengan perjalanan ke desa Hanok di daerah Buchon. Bangunan dan tata letak yang
sangat menawan membuat lokasi konservasi budaya tersebut begitu memukau walau
perjalanan berliku-liku dan topografi terjal menjadi perjuangan bagi turis
lokal maupun asing untuk mendapatkan pemandangan yang begitu tradisional di
tengah kemajuan kota Seoul. Di sana banyak rumah-rumah yang digunakan sebagai
pusat kerajinan tangan maupun usaha lainnya. Selanjutnya Kontingen Jakarta Sister City mengunjungi N Seoul Tower
atau yang lebih dikenal dengan sebutan Namsan Tower. Tower radio yang berdiri
kokoh di gunung Namsan ini berwarna biru pada malam hari. Jika kita masuk ke
dalam lift untuk menuju puncak tertinggi tower, kita akan melihat efek dan
animasi yang begitu mengagumkan yang membuat sensasi seperti terbang ke
angkasa. Di puncak tertinggi Nansam tower menyajikan pemandangan yang
spektakuler di mana kita bisa melihat seluruh kota Seoul. Selain itu kita mendapatkan
informasi mengenai jarak Nansam Tower dari banyak negara seperti Jakarta,
Paris, Tokyo dan masih banyak lagi. Di luar Namsan Tower terdapat banyak sekali gembok-gembok yang menjuntai dan membentuk pohon. Gembok tersebut dikenal dengan sebutan gembok cinta. Berdasarkan cerita, katanya jika sepasang kekasih mengikatkan gembok di sana maka cinta mereka akan abadi. So sweet ...
Kegiatan kontingen
Jakarta Sister City di hari kelima ini
berpusat di Mapo Youth Center. Hari
ini adalah hari penutupan bagi pemuda Mapo menemani kontingen Jakarta Sister City untuk mengeksplorasi kota
Seoul. Agenda tersebut antara lain workshop
membuat kerajinan tangan tradisional dan penampilan kesenian. Workshop pertama yaitu membuat cermin
dan asbak serta workshop kedua yaitu
menghias topeng khas Korea. Di sana kontingen Jakarta Sister City diberikan kesempatan untuk menampilkan kesenian di hadapan
anak-anak binaan Mapo Youth Center.
Penampilan tersebut terdiri dari yel-yel, tari Saman, tari Nandak, dan satu
lagu yaitu Arirang yang diiringi oleh angklung. Setelah penampilan tersebut,
anak-anak Mapo mengajari kontingen Jakarta Sister
City untuk menabuh drum Korea.
Di hari keenam kontingen
Jakarta Sister City sampai di Haja Youth Center dipandu oleh Global Activist sekitar pukul 11.00. Di
sana kontingen Jakarta Sister City
akan menampilkan kesenian yang telah dipersiapkan sejak masa pelatihan di
Jakarta. Kontingen Jakarta Sister City
pentas di tengah festival makan bersama dengan konten lagu Bungong Jeumpa, tari
Saman, suling dan angklung serta tari Nandak. Setelah penampilan kesenian,
kontingen Jakarta Sister City
menghadiri pembukaan festival kreativitas pemuda dengan tema keberlangsungan
lingkungan hidup. Acara tersebut diisi dengan seminar oleh pembicara di bidang
pendidikan salah satunya yaitu Mr. Dennis Littky dari USA. Pada malam harinya,
kontingen Jakarta Sister City juga menampilkan kesenian di tempat yang sama
namun di titik yang berbeda. Konten yang disajikan sama seperti siang hari
namun ditambah sentuhan akhir yaitu tarian Yamko Rambe Yamko serta melakukan
kegiatan yang melibatkan penonton untuk mempelajari budaya Jakarta.
Hari ketujuh ini
kontingen Jakarta Sister City
mengunjungi museum yang menyimpan berbagai macam peninggalan masa perang
khususnya perang antar Korea Selatan dan Korea Utara. Di dalam museum tersebut
terdapat bukti-bukti sejarah berupa patung, informasi, video, dan
animasi-animasi yang memberikan sensasi seperti melihat langsung kondisi Korea
di masa lalu. Selanjutnya kontingen Jakarta Sister
City mengunjungi museum nasional Korea. Di sana terdapat peninggalan
sejarah saat Korea masih memiliki beberapa kerajaan di masa lalu. Di daerah Itaewon terdapat satu-satunya Masjid di Korea. Di sekitar Masjid terdapat banyak restoran muslim. Kontingen
Jakarta Sister City kembali menuju
Haja Youth Center untuk menghadiri
sesi pembelajaran yaitu membuat handicraft
dan lecturing bersama Mr.Dennis
Littky mengenai pendidikan. Aku sangat suka sekali dengan gaya Mr. Littky dan
berharap bisa mengunjungi “Met School”, sekolah Beliau di USA.
Pada hari kedelapan, dilaksanakan kegiatan Sky Venture. Kontingen Jakarta Sister
city mengunjungi beberapa destinasi di kota Seoul sesuai dengan list yang
dibuat untuk mencari informasi tentang tema dari masing-masing grup. Grup entrepreneurship mengunjungi Seoul Folk Flea Market, pasar yang menjual
barang-barang bekas dan antik. Setelah dari pasar tersebut, grup entrepeneurship mengunjungi Nami Island. Nami Island merupakan pulau buatan yang didesain menjadi sebuah objek
wisata. Pulau ini terkenal sebagai Iokasi syuting salah satu drama Korea yang
populer di masanya yaitu Winter Sonata. Selain itu UNICEF juga memiliki spot
khusus di pulau ini. Setelah pulang, grup entrepreneurship
mengunjungi Dongdaemun untuk melihat kondisi pasar di kota Seoul pada malam
hari.
Hari kesembilan ini
merupakan hari terakhir kontingen Jakarta Sister
City melaksanakan kegiatan di kota Seoul. Pertama kontingen Jakarta Sister City mengunjungi Garden 5 yang
merupakan kawasan yang mendukung kewirausahaan bagi masyarakat dan kantor Global Activist juga berada di sana. Kontingen
Jakarta Sister City mendapatkan
materi mengenai bisnis produk kosmetik antara Korea dan Indonesia serta
kewirausahaan sosial yang ada di Korea. Selanjutnya kontingen Jakarta Sister City mengunjungi Universitas
Seoul di mana tempat yang pertama kali dikunjungi di sana yaitu museumnya.
Universitas Seoul begitu luas dan penuh dengan fasilitas pendidikan bagi
mahasiswa-i. Suasana begitu kondusif, mahasiswa-i terlihat beraktivitas dengan
nyaman seperti membaca buku, menggunakan komputer, dan lain sebagainya. Kontingen
Jakarta Sister City mendapatkan materi
mengenai kewirausahaan sosial dari Enactus (Entrepreneurial
Action Us). Kontingen Jakarta Sister
City mengunjungi Youth Hub,
sebuah komunitas yang turut berkontribusi dalam kewirausahaan sosial. Kami
mendapatkan informasi mengenai program-program yang ada di sana seperti inovasi
pemuda, pendidikan, kuliner, dan lain sebagainya. Setelah orientasi program
dari Youth Hub, kontingen Jakarta Sister City diperkenankan melakukan
observasi dengan melihat seisi pusat kegiatan dari Youth Hub. Sarana dan prasarana kegiatan seperti ruang bidang
tertentu, kafetaria, perpustakaan, ruang rapat, dan lain sebagainya sangat
mendukung kegiatan kepemudaan di sini.
Tanggal 29 Oktober 2013
adalah hari di mana kontingen Jakarta Sister City akan kembali ke Jakarta. Sebelum
meninggalkan kota Seoul, kontingen Jakarta Sister
City menghadiri acara penutupan program yang diselenggarakan oleh Global Activist. Banyak pelajaran yang
didapat dari program Jakarta Sister City
selama 10 hari ini. Semoga temuan-temuan yang didapatkan sesuai dengan ketiga
tema (Nasionalisme, Kewirausahaan, dan Sosial Budaya) dapat berguna sebagai
masukan untuk pembangunan DKI Jakarta yang semakin baik kedepannya.
Pelepasan Kontingen Jakarta Sister City oleh Ibu Silvy di Balai Kota DKI Jakarta |
Pada bagian ini, aku ingin mengucapkan terima kasih
kepada jajaran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta serta Dinas Olahraga dan Pemuda (DISORDA) karena telah mengadakan program yang
mengikutsertakan pemuda DKI Jakarta untuk turut andil di dalamnya. Terima kasih
kepada para panitia yang telah memilih saya menjadi salah satu delegasi Jakarta
Sister City ini. Terima kasih kepada
Pak Muis, Pak Nugroho, Bang Eko, Bang Nando, Bang Raga, Bang Adit, Bang Vino, Bang
Nandi, Kak Ita, Kak Ince dan semua pihak DISORDA serta PCMI yang telah membimbing
dan memberikan ilmu hingga membantu terselenggaranya acaranya ini. Tak lupa untuk Mapo Youth dan Global Activist yang telah memberikan yang terbaik kepada kami selama kami di Seoul.
Kecup sayang untuk Bang Argha dan Kak Raisya, Aim dan Kak Shintia, Bang Gagan dan Geby, Bang Agis dan Kak Sharah, Bang
Yoga, Gery dan Chella, Dika dan Ratih, Andre dan Kak Uti, serta Bang
Mirza. Terima kasih telah menjadi keluarga baru yang saling menyayangi,
mengerti, dan membantu satu sama lain. Sungguh bahagia bisa mengenal kalian, pemuda-pemudi DKI Jakarta yang penuh talenta yang membuat diri ini belajar banyak hal.
Terima kasih untuk PR III UNJ, Humas UNJ, POM UNJ, Kasubag
Kemahasiswaan FE UNJ, PD III FE UNJ, KaProdi Tata Niaga, Dosen Pembimbing,
serta guru pamongku di SMKN 16 Jakarta yang telah memberikan dukungan sehingga
aku bisa berangkat ke Seoul di tengah kewajibanku yang lainnya.
Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban (Ar-Rahman : 55)Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan
kereeeeeeennnn kaaaa :D menginspirasii! someday I'll be there ka! Seoul! hahah aamiin :)
BalasHapusKereeen :D
BalasHapusHaiii Ratna .... Man Jadda Wa Jada yaaa...aminnn
BalasHapusHai Chalima ^^ makasih yaa semoga notenya bermanfaat :))
so inspired kaaa :'D
BalasHapussemoga salah satu dari sehati juga bisa mengikuti jejak kaka :")
Amin Allahumma Amin dek :)))
BalasHapusSalam u Putri ya. Allah SWT telah memberikan yang terbaik untuk Putri. Pengalaman yang mengesnkan dan ditulis dengan baik. Tentu ini menjadi bermanfaat bagi semua pembaca....Alhamdulillah...
BalasHapusWah Bapak ...salam rindu ya Pak ... Iya Pak Alhamdulillah Allah selalu memberikan saya kesempatan yang terbaik. Iya Pak ini cara sederhana saya untuk memberi manfaat untuk orang-orang di sekitar saya. Minimal menginspirasi untuk memotivasi dalam kebaikan :D
BalasHapushai Kak Putri, saya Yuni, saya berencana mengikuti seleksi JSC 2014. saya sudah baca blog kakak tentang perjalanan mendapatkan program ini dan artikel lainnya. menarik dan inspiratif! boleh saya tau tahun kemarin peserta yang mendaftar kira-kira berapa banyak ya Kak? terima kasih Kak semoga kita dapat keep in touch dan saling sharing informasi kedepannya. terima kasih
BalasHapusregards,
Yuni
Hai Yuni, maaf baru nge-blog lagi ni^^
HapusKalau jumlah yang pasti aku kurang tau, kalau kira-kira si 250 kurang lebih per destinasi (Seoul-Beijing)
sampai nangis bacanya :") . You are inspirator :))
BalasHapusPuk puk :'D semangat dek :D You can do it!
HapusHalo putri, perkenalkan nama saya Ayas. Saya sudah mendaftar JSC untuk tahun ini dan ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan mengenai JSC tahun lalu. Apabila berkenan, boleh minta emailnya? :)
BalasHapusSangat menginspirasi :)))
BalasHapusDoakan saya lolos juga yah!