My Dreams

  • Defender, Planned, Orderly, Organized, Practical, Controled, Decisive, Respect, Procedures, Details, Disciplined, Conscientious, Super Dependable, Warm, Generous, Peace, Quiet, Sensitivity, Privacy, Few Interruptions, Protected, People-oriented, Serves Others, Enjoys Harmonious, Loyalty, and Devotion.

Minggu, 03 November 2013

Rekam Jejak di Jakarta Sister City – Seoul

Seoul yang Tertunda
Dan bahkan manusia hanya memperoleh apa yang diusahakannya, dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna. (Q.S. an-Najm: 39-41)
Ayat tersebut mengingatkanku pada tanggal 13 Juni 2012 lalu. Tentang sebuah pengumuman yang menyebutkan bahwa aku terpilih menjadi salah satu peserta IYE (International Youth Exchange) ke Seoul, Korea Selatan. Setelah membaca kalimat barusan, pasti kalian bisa tahu bagaimana perasaanku saat itu. Ya aku gembira, namun nyatanya ada suatu ganjalan. Aku lupa kalau ketentuan dari kegiatan tersebut mewajibkan peserta terpilih untuk membayar segala keperluan perjalanan ke Seoul sebesar Rp. 17.000.000.

Tabungan yang tersisa rasanya tidak cukup untuk menanggung biaya sebesar itu, menabung lagi tentu tidak akan cukup juga. Ku ingat, saat itu seharusnya aku memiliki waktu satu bulan lebih untuk berusaha mencari dana. Namun aku terlena dalam kegamangan selama kurang lebih dua minggu tanpa pergerakan apapun. Sejujurnya semangatku menurun dari hari ke hari.

Sampai pada suatu hari, entah mengapa pikiranku mulai terbuka setelah membaca blog-blog orang yang posisinya sama sepertiku. Mereka tidak hanya diam, mereka bergerak dan berjuang. Saat itu aku merasa telah menyia-nyiakan banyak waktu padahal harusnya aku berjuang jika aku memang menginginkan kesempatan itu. Ya akhirnya aku membuat proposal permohonan dana.

Aku membuat banyak proposal dan nampak “rempong” sekali. Dengan pengalaman, referensi, kemampuan, dan jaringan seadanya, akupun memberanikan diri menyebarkan proposal sederhana itu baik ke pihak pemerintah maupun swasta. Aku menikmati perjalananku itu, memasuki gedung perkantoran, bertemu resepsionis bahkan sampai pihak pemasaran, pernah juga berjalan kaki dari Senayan City menuju Kemenpora yang berada di ujung jalan Asia Afrika sana namun harus berbesar hati kembali pulang tanpa memasukkan proposal karena ada surat keterangan yang tertinggal. Entahlah...

Waktu terus berlalu namun follow up tak kunjung datang. Sampai akhirnya, aku memutuskan untuk membuat paspor saja untuk berjaga-jaga. Aku memutar otak, hingga akhirnya Hartini dan Noerlia mendukung untuk bekerja sama membuat projek yang diusung dari kegiatan tersebut yang jika lolos akan mendapatkan reward. Singkat cerita, sampai batas waktu pembayaran tidak ada satupun sponsor yang mendukung. Projek yang dibuat ternyata tidak lolos juga. Sehingga sudah dapat dipastikan kalau aku tidak mungkin berangkat ke Seoul di program itu - walau peluh, tenaga, uang, waktu serta pengorbanan lain tentu membuat down-ing dan kecewa. Namun aku pun menyadari bahwa banyak pembelajaran berharga dari semua itu dan sesaat semangatku kembali berkobar. Aku jadikan pasporku sebagai motivasi besar dalam hidupku untuk mencapai impian – going abroad. Aku yakin dengan berlakunya paspor ini selama lima tahun, pasti akan terisi di kurun waktu tersebut.

Kesempatan Abroad Pertamaku 
Catatan mengenai kesempatan perdanaku menghirup atmosfer negara lain sudah ku ceritakan disini.

Inikah Waktu yang Tepat?
Setelah pulang dari Moskow, aku pun langsung melaksanakan kewajibanku untuk PKL di Kemenko Perekonomian RI. Sampai akhirnya aku teringat bahwa sebelumnya aku pernah mendaftar seleksi kegiatan internasional, yaitu Jakarta Sister City untuk pergi ke Seoul atau Beijing. Waktu seleksi yang beberapa kali dimundurkan, sehingga pada akhirnya waktu seleksi bertepatan pada waktu aku sudah PKM (Praktik Keterampilan Mengajar) di sekolah. Bukan sesuatu yang mudah untuk mendapatkan izin memakai waktu kerja demi kepentingan pribadi seperti ini. Awalnya aku memang sudah down-ing untuk meneruskan program ini karena kewajibanku di sekolah. Namun entahlah, rasanya timbul dorongan untuk melanjutkannya. Aku memberanikan diri meminta izin kepada guru pamongku. Ternyata beliau mengizinkan.

Tepat pada hari Rabu, 21 Agustus 2013 seleksi program Jakarta Sister City diselenggarakan di GOR Otista, Jakarta Timur. Di sana aku bertemu dengan wajah-wajah yang cukup familiar. Aku berdiri di antrian Jakarta Sister City to Seoul dan sesampainya di dalam aku baru melihat bahwa banyak sekali pendaftar yang memilih Seoul, apalagi jumlah pemudi dua kali lipat dari pemudanya. Seleksi pertama yaitu mengerjakan 100 pilihan ganda yang terdiri dari soal pengetahuan Internasional, Jakarta, Seoul, Beijing, serta kemampuan bahasa Inggris. Setelah ujian pertama selesai, dilanjutkan dengan FGD berbahasa inggris dengan membentuk beberapa kelompok kecil untuk membahas salah satu tema yang diusung oleh program ini (Nasionalisme dan Kepemimpinan, Kewirausahaan, serta Sosial Budaya). Sore harinya diumumkan siapa saja yang masuk ke dalam daftar finalis, baik ke Seoul maupun Beijing. Sampai akhirnya nomorku 2167 masuk menjadi 15 besar finalis pemudi untuk program ke Seoul. Semua finalis akan melewati dua rangkaian seleksi yaitu penampilan seni budaya dan wawancara di keesokan harinya. Malam itu yang menjadi beban pikiranku adalah kesenian apa yang harus aku tampilkan, karena pada dasarnya aku tidak memiliki bakat seni.

Aku pun melewati rangkaian wawancara mengenai kepribadian diri serta pengetahuan tentang negara tujuan. Kebaya encim aku persiapkan guna menjadi propertiku untuk memberikan pertunjukan kesenian. Aku menyanyikan lagu dari Sumatera Utara dengan judul “Ketabo” lalu menyanyi lagu “Ondel-ondel” dari Jakarta. Sungguh merasa timpang sekali setelah melihat semua penampilan kesenian peserta lain. Mereka bisa menari, lenong, silat, story telling, bermain alat musik, dan lain sebagainya. Panitia memberitahukan bahwa peserta yang terpilih untuk program Seoul dan Beijing akan diumumkan esok hari dengan menempel informasi tersebut di GOR Otista. Ya, aku sudah berusaha memberikan yang terbaik. Apapun hasilnya aku percaya bahwa itu yang terbaik.

Keesokan harinya Chella mengirimkan gambar melalui twitter yang isinya adalah pengumuman 8 nomor pemudi yang terpilih untuk ke Seoul. Dan akhirnya aku melihat nomor 2167 ada di daftar itu. Ya Allah, aku akan ke Seoul.^^ Kemudian aku pun terefleksi akan kejadian pada bulan Juni di tahun 2012 lalu. Alhamdulillah Ya Rabb, Engkau akan menghadiahkan keberangkatan ke Seoul yang tertunda waktu itu.

Jakarta Sister City – Seoul
Pendahuluan yang terlalu panjang untuk sampai pada rekam jejakku di Seoul dalam program Jakarta Sister City ini. Semoga teman-teman tidak bosan membacanya ya. Hehehe ^^

Sebelum masuk ke cerita utama, aku akan menceritakan masa-masa dimana kami, setelah pengumuman peserta yang lolos, menghadiri pertemuan setiap Sabtu - Minggu selama 9 kali dan melaksanakan PDT (Pre-departure Training) selama 3 hari di Cibubur sebelum keberangkatan untuk mendapatkan ilmu terlebih dahulu sebagai Youth Ambassador. Kami membuat paper mengenai nasionalisme dan kepemimpinan, kewirausahaan, serta sosial budaya. Selain itu tentu kami mempresentasikan paper serta mendapatkan masukan tentang bagaimana menyajikan presentasi serta berkomunikasi yang baik dengan bahasa inggris. Kami juga belajar menyelenggarakan penampilan kesenian, kami belajar dan berlatih menari, bermain angklung, dan kesenian lainnya. Kami dibekali ilmu penulisan ilmiah, diplomasi, protokoler, serta PBB. Kami diajarkan tentang bagaimana menjadi Youth Ambassador yang baik serta bagaimana menjadi  kontingen yang solid. Bisa dibayangkan betapa kami harus membagi waktu untuk persiapan kegiatan ini di tengah kesibukan kami yang lainnya. Namun demi Jakarta dan demi "Padamu Negeri Kami Mengabdi" membuat semangat kami terus menyala. 


Kami juga ditetapkan untuk memiliki “couple” yang diperuntukan untuk saling mengingatkan dan menjaga. Couple-ku adalah Bang Andi Yoga Trihartanto, 23 tahun, sosok laki-laki yang cerdas dan berwibawa , sosok kakak yang perhatian dan dewasa. Bang Yoga, begitu sapaan akrabnya bekerja di Kementerian Keuangan. Dengan irama khusus, kami menyebutkan "Couple Lima Lengkap" saat aba-aba periksa couple. Kamipun kerap bergandengan tangan, haha hanya di program ini tentunya. Bang Yoga itu terpilih menjadi pengajar di kelas inspiratif lho dan berencana menikah tahun depan sama Kak Dita, semoga lancar Bang^^

Yang tak lupa ingin ku ungkapkan kepada kalian, bahwa aku bangga sekali bisa mengenakan pakaian yang kami sebut A1. Seragam kenegaraan berwarna hitam, dilengkapi dengan peci, Burung Garuda, pin bendera Merah Putih, dan name tag. Menjadi simbol bahwa kami adalah Youth Ambassador yang mewakili Jakarta di kancah dunia. Itu merupakan salah satu pakaian harapanku yang sudah lama terinspirasi sejak PCMI (Purna Caraka Muda Indonesia) roadshow ke kampusku. Identitas ini akan selalu ku jaga sampai akhir hayat.

Kontingen Jakarta Sister City berangkat tanggal 19 Oktober 2013 pukul 23.45 dan sampai di Bandara Incheon esok harinya. Setelah sampai di Seoul, kontingen disambut oleh penyelenggara acara yaitu Global Activist yang dipimpin oleh Kim. Tempat yang pertama kali dikunjungi yaitu Seoul City Hall yang memiliki perpustakaan internasional. Perpustakaan dengan layout yang menarik serta koleksi buku yang banyak menjadi keunggulan dari tempat ini. Di depan City Hall yang luas ini juga terdapat lapangan hijau asri yang menjadi tempat berkumpul masyarakat Seoul. Kontingen Jakarta Sister City-Seoul berinisiatif untuk menampilkan tari Saman dari Aceh. Masyarakat Korea yang berada di sana sangat mengapresiasi penampilan kesenian tersebut.
 


Hari kedua program Jakarta Sister City diawali dengan audiensi dengan KBRI - Seoul. Perwakilan dari Duta Besar Indonesia, Bapak Nur Hadi memberikan sambutan dan arahan kepada kontingen Jakarta Sister City. Beliau memberikan informasi mengenai tiga tema yaitu nasionalisme, kewirausahaan, dan seni budaya di Seoul melalui sesi tanya-jawab. Acara selanjutnya dipandu oleh pemuda dari Mapo Youth Center di daerah Mapo-gu. Organisasi binaan pemerintah Korea ini memiliki banyak program yang menunjang kegiatan kepemudaan di Seoul. Kontingen Jakarta Sister City dan pemuda Mapo memperkenalkan diri serta memberikan penjelasan mengenai program masing-masing. Mapo Youth Center memiliki banyak fasilitas penunjang kegiatan kepemudaan seperti broadcasting, olahraga, dan kesenian. Pemuda Mapo mendampingi kontingen Jakarta Sister City untuk mengunjungi DMC (Digital Media City) yang menyimpan banyak karya cipta digital yang inovatif dari Korea.

Pada hari ketiga program Jakarta Sister City diawali dengan kunjungan ke Samsung D'light. Di sana terdapat berbagai macam produk Samsung yang dipamerkan dan dijual. Banyak sekali fitur-fitur lain yang ada disana seperti software, aplikasi, dan perangkat lain yang bisa dicoba langsung oleh pengunjung. Kontingen Jakarta Sister City mengunjungi Korea Fashion Street, di mana tempat tersebut terdiri dari toko-toko pakaian, sepatu, aksesoris, dan lain sebagainya membentuk suatu kawasan perbelanjaan yang ramai dikunjungi baik untuk orang lokal maupun asing. Di sana terdapat beberapa pemandu turis berseragam merah yang bertugas untuk berjaga di kawasan belanja tersebut. Di lokasi yang sama, Apgujeong (Gangnam), Kontingen Jakarta Sister City mengunjungi Korea Entertainment Research, di mana tempat ini berisi informasi mengenai budaya modern yang saat ini sedang populer di Korea seperti KPop dan KDrama, serta informasi lain mengenai operasi plastik dan pariwisata kota Seoul. Kontingen Jakarta Sister City juga mengunjungi Coex. Coex merupakan akuarium yang berada di dalam mall dengan suasana dibuat sedemikian erat dengan alam. Berbagai jenis akuarium dan satwa air dipamerkan di dalamnya.


Pada hari keempat, perjalanan Kontingen Jakarta Sister City dimulai dengan kunjungan ke istana Gyeongbok yang kokoh dan megah walaupun dulu sempat hancur karena dijajah oleh Jepang. Istana bersejarah peninggalan masa Dinasti Joseon ini terdiri dari bangunan khusus untuk raja, ratu, dan tempat menjamu tamu. Komplek bangunan bersejarah ini direnovasi ulang namun masih menjaga nilai sejarahnya. Istana negara Korea Selatan (Blue House) juga berada dalam komplek istana Gyeongbok ini. Acara dilanjutkan dengan perjalanan ke desa Hanok di daerah Buchon. Bangunan dan tata letak yang sangat menawan membuat lokasi konservasi budaya tersebut begitu memukau walau perjalanan berliku-liku dan topografi terjal menjadi perjuangan bagi turis lokal maupun asing untuk mendapatkan pemandangan yang begitu tradisional di tengah kemajuan kota Seoul. Di sana banyak rumah-rumah yang digunakan sebagai pusat kerajinan tangan maupun usaha lainnya. Selanjutnya Kontingen Jakarta Sister City mengunjungi N Seoul Tower atau yang lebih dikenal dengan sebutan Namsan Tower. Tower radio yang berdiri kokoh di gunung Namsan ini berwarna biru pada malam hari. Jika kita masuk ke dalam lift untuk menuju puncak tertinggi tower, kita akan melihat efek dan animasi yang begitu mengagumkan yang membuat sensasi seperti terbang ke angkasa. Di puncak tertinggi Nansam tower menyajikan pemandangan yang spektakuler di mana kita bisa melihat seluruh kota Seoul. Selain itu kita mendapatkan informasi mengenai jarak Nansam Tower dari banyak negara seperti Jakarta, Paris, Tokyo dan masih banyak lagi. Di luar Namsan Tower terdapat banyak sekali gembok-gembok yang menjuntai dan membentuk pohon. Gembok tersebut dikenal dengan sebutan gembok cinta. Berdasarkan cerita, katanya jika sepasang kekasih mengikatkan gembok di sana maka cinta mereka akan abadi. So sweet ...


Kegiatan kontingen Jakarta Sister City di hari kelima ini berpusat di Mapo Youth Center. Hari ini adalah hari penutupan bagi pemuda Mapo menemani kontingen Jakarta Sister City untuk mengeksplorasi kota Seoul. Agenda tersebut antara lain workshop membuat kerajinan tangan tradisional dan penampilan kesenian. Workshop pertama yaitu membuat cermin dan asbak serta workshop kedua yaitu menghias topeng khas Korea. Di sana kontingen Jakarta Sister City diberikan kesempatan untuk menampilkan kesenian di hadapan anak-anak binaan Mapo Youth Center. Penampilan tersebut terdiri dari yel-yel, tari Saman, tari Nandak, dan satu lagu yaitu Arirang yang diiringi oleh angklung. Setelah penampilan tersebut, anak-anak Mapo mengajari kontingen Jakarta Sister City untuk menabuh drum Korea.


Di hari keenam kontingen Jakarta Sister City sampai di Haja Youth Center dipandu oleh Global Activist sekitar pukul 11.00. Di sana kontingen Jakarta Sister City akan menampilkan kesenian yang telah dipersiapkan sejak masa pelatihan di Jakarta. Kontingen Jakarta Sister City pentas di tengah festival makan bersama dengan konten lagu Bungong Jeumpa, tari Saman, suling dan angklung serta tari Nandak. Setelah penampilan kesenian, kontingen Jakarta Sister City menghadiri pembukaan festival kreativitas pemuda dengan tema keberlangsungan lingkungan hidup. Acara tersebut diisi dengan seminar oleh pembicara di bidang pendidikan salah satunya yaitu Mr. Dennis Littky dari USA. Pada malam harinya, kontingen Jakarta Sister City juga menampilkan kesenian di tempat yang sama namun di titik yang berbeda. Konten yang disajikan sama seperti siang hari namun ditambah sentuhan akhir yaitu tarian Yamko Rambe Yamko serta melakukan kegiatan yang melibatkan penonton untuk mempelajari budaya Jakarta.


Hari ketujuh ini kontingen Jakarta Sister City mengunjungi museum yang menyimpan berbagai macam peninggalan masa perang khususnya perang antar Korea Selatan dan Korea Utara. Di dalam museum tersebut terdapat bukti-bukti sejarah berupa patung, informasi, video, dan animasi-animasi yang memberikan sensasi seperti melihat langsung kondisi Korea di masa lalu. Selanjutnya kontingen Jakarta Sister City mengunjungi museum nasional Korea. Di sana terdapat peninggalan sejarah saat Korea masih memiliki beberapa kerajaan di masa lalu. Di daerah Itaewon terdapat satu-satunya Masjid di Korea. Di sekitar Masjid terdapat banyak restoran muslim. Kontingen Jakarta Sister City kembali menuju Haja Youth Center untuk menghadiri sesi pembelajaran yaitu membuat handicraft dan lecturing bersama Mr.Dennis Littky mengenai pendidikan. Aku sangat suka sekali dengan gaya Mr. Littky dan berharap bisa mengunjungi “Met School”, sekolah Beliau di USA.

Pada hari kedelapan, dilaksanakan kegiatan Sky Venture. Kontingen Jakarta Sister city mengunjungi beberapa destinasi di kota Seoul sesuai dengan list yang dibuat untuk mencari informasi tentang tema dari masing-masing grup. Grup entrepreneurship mengunjungi Seoul Folk Flea Market, pasar yang menjual barang-barang bekas dan antik. Setelah dari pasar tersebut, grup entrepeneurship mengunjungi Nami Island. Nami Island merupakan pulau buatan yang didesain menjadi sebuah objek wisata. Pulau ini terkenal sebagai Iokasi syuting salah satu drama Korea yang populer di masanya yaitu Winter Sonata. Selain itu UNICEF juga memiliki spot khusus di pulau ini. Setelah pulang, grup entrepreneurship mengunjungi Dongdaemun untuk melihat kondisi pasar di kota Seoul pada malam hari.

Hari kesembilan ini merupakan hari terakhir kontingen Jakarta Sister City melaksanakan kegiatan di kota Seoul. Pertama kontingen Jakarta Sister City mengunjungi Garden 5 yang merupakan kawasan yang mendukung kewirausahaan bagi masyarakat dan kantor Global Activist juga berada di sana. Kontingen Jakarta Sister City mendapatkan materi mengenai bisnis produk kosmetik antara Korea dan Indonesia serta kewirausahaan sosial yang ada di Korea. Selanjutnya kontingen Jakarta Sister City mengunjungi Universitas Seoul di mana tempat yang pertama kali dikunjungi di sana yaitu museumnya. Universitas Seoul begitu luas dan penuh dengan fasilitas pendidikan bagi mahasiswa-i. Suasana begitu kondusif, mahasiswa-i terlihat beraktivitas dengan nyaman seperti membaca buku, menggunakan komputer, dan lain sebagainya. Kontingen Jakarta Sister City mendapatkan materi mengenai kewirausahaan sosial dari Enactus (Entrepreneurial Action Us). Kontingen Jakarta Sister City mengunjungi Youth Hub, sebuah komunitas yang turut berkontribusi dalam kewirausahaan sosial. Kami mendapatkan informasi mengenai program-program yang ada di sana seperti inovasi pemuda, pendidikan, kuliner, dan lain sebagainya. Setelah orientasi program dari Youth Hub, kontingen Jakarta Sister City diperkenankan melakukan observasi dengan melihat seisi pusat kegiatan dari Youth Hub. Sarana dan prasarana kegiatan seperti ruang bidang tertentu, kafetaria, perpustakaan, ruang rapat, dan lain sebagainya sangat mendukung kegiatan kepemudaan di sini.

Tanggal 29 Oktober 2013 adalah hari di mana kontingen Jakarta Sister City akan kembali ke Jakarta. Sebelum meninggalkan kota Seoul, kontingen Jakarta Sister City menghadiri acara penutupan program yang diselenggarakan oleh Global Activist. Banyak pelajaran yang didapat dari program Jakarta Sister City selama 10 hari ini. Semoga temuan-temuan yang didapatkan sesuai dengan ketiga tema (Nasionalisme, Kewirausahaan, dan Sosial Budaya) dapat berguna sebagai masukan untuk pembangunan DKI Jakarta yang semakin baik kedepannya.
Pelepasan Kontingen Jakarta Sister City oleh Ibu Silvy di Balai Kota DKI Jakarta
Pada bagian ini, aku ingin mengucapkan terima kasih kepada jajaran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta serta Dinas Olahraga dan Pemuda (DISORDA) karena telah mengadakan program yang mengikutsertakan pemuda DKI Jakarta untuk turut andil di dalamnya. Terima kasih kepada para panitia yang telah memilih saya menjadi salah satu delegasi Jakarta Sister City ini. Terima kasih kepada Pak Muis, Pak Nugroho, Bang Eko, Bang Nando, Bang Raga, Bang Adit, Bang Vino, Bang Nandi, Kak Ita, Kak Ince dan semua pihak DISORDA serta PCMI yang telah membimbing dan memberikan ilmu hingga membantu terselenggaranya acaranya ini. Tak lupa untuk Mapo Youth dan Global Activist yang telah memberikan yang terbaik kepada kami selama kami di Seoul.
Kecup sayang untuk Bang Argha dan Kak Raisya, Aim dan Kak Shintia, Bang Gagan dan Geby, Bang Agis dan Kak Sharah, Bang Yoga, Gery dan Chella, Dika dan Ratih, Andre dan Kak Uti, serta Bang Mirza. Terima kasih telah menjadi keluarga baru yang saling menyayangi, mengerti, dan membantu satu sama lain. Sungguh bahagia bisa mengenal kalian, pemuda-pemudi DKI Jakarta yang penuh talenta yang membuat diri ini belajar banyak hal.

Terima kasih untuk PR III UNJ, Humas UNJ, POM UNJ, Kasubag Kemahasiswaan FE UNJ, PD III FE UNJ, KaProdi Tata Niaga, Dosen Pembimbing, serta guru pamongku di SMKN 16 Jakarta yang telah memberikan dukungan sehingga aku bisa berangkat ke Seoul di tengah kewajibanku yang lainnya.
Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban (Ar-Rahman : 55)Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan

13 komentar:

  1. kereeeeeeennnn kaaaa :D menginspirasii! someday I'll be there ka! Seoul! hahah aamiin :)

    BalasHapus
  2. Haiii Ratna .... Man Jadda Wa Jada yaaa...aminnn


    Hai Chalima ^^ makasih yaa semoga notenya bermanfaat :))

    BalasHapus
  3. so inspired kaaa :'D
    semoga salah satu dari sehati juga bisa mengikuti jejak kaka :")

    BalasHapus
  4. Salam u Putri ya. Allah SWT telah memberikan yang terbaik untuk Putri. Pengalaman yang mengesnkan dan ditulis dengan baik. Tentu ini menjadi bermanfaat bagi semua pembaca....Alhamdulillah...

    BalasHapus
  5. Wah Bapak ...salam rindu ya Pak ... Iya Pak Alhamdulillah Allah selalu memberikan saya kesempatan yang terbaik. Iya Pak ini cara sederhana saya untuk memberi manfaat untuk orang-orang di sekitar saya. Minimal menginspirasi untuk memotivasi dalam kebaikan :D

    BalasHapus
  6. hai Kak Putri, saya Yuni, saya berencana mengikuti seleksi JSC 2014. saya sudah baca blog kakak tentang perjalanan mendapatkan program ini dan artikel lainnya. menarik dan inspiratif! boleh saya tau tahun kemarin peserta yang mendaftar kira-kira berapa banyak ya Kak? terima kasih Kak semoga kita dapat keep in touch dan saling sharing informasi kedepannya. terima kasih
    regards,
    Yuni

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Yuni, maaf baru nge-blog lagi ni^^
      Kalau jumlah yang pasti aku kurang tau, kalau kira-kira si 250 kurang lebih per destinasi (Seoul-Beijing)

      Hapus
  7. sampai nangis bacanya :") . You are inspirator :))

    BalasHapus
  8. Halo putri, perkenalkan nama saya Ayas. Saya sudah mendaftar JSC untuk tahun ini dan ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan mengenai JSC tahun lalu. Apabila berkenan, boleh minta emailnya? :)

    BalasHapus
  9. Sangat menginspirasi :)))
    Doakan saya lolos juga yah!

    BalasHapus