My Dreams

  • Defender, Planned, Orderly, Organized, Practical, Controled, Decisive, Respect, Procedures, Details, Disciplined, Conscientious, Super Dependable, Warm, Generous, Peace, Quiet, Sensitivity, Privacy, Few Interruptions, Protected, People-oriented, Serves Others, Enjoys Harmonious, Loyalty, and Devotion.

Sabtu, 27 April 2013

Belajar Memperlakukan Manuskrip seperti di Belanda

Sebagai seorang yang baru terjun ke ranah komunitas pecinta pusaka, saya memiliki pertanyaan awam “Mengapa ada pusaka Indonesia berada nan jauh di Belanda?”. –Putri Agustina

Peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia mencerminkan peradaban adiluhung di masa silam. Salah satu maha karya leluhur kita adalah tulisan tangan (handschrift) yang lebih dikenal dengan sebutan manuskrip. Manuskrip dianggap sebagai salah satu sumber informasi budaya masa lampau dan merupakan dokumen budaya, karena di dalam naskah kuno tergambar jelas mengenai alam pikiran, adat-istiadat, kepercayaan, dan sistem nilai yang dianut orang pada zaman lampau. Kini, kita sebagai pewaris budaya nusantara menghadapi problematika dalam upaya perawatan dan pelestarian naskah klasik yang kondisinya cukup memprihatinkan.


Tidak dapat dipungkiri bahwa negara Indonesia ini telah mengalami masa kolonialisme dalam waktu yang sangat lama. Pengalaman tragis terkait penjarahan naskah dialami oleh kerajaan atau kasultanan di Indonesia. Banyak naskah yang hilang diangkut ke negara-negara penjajah, termasuk Belanda. Mereka membawa pulang untuk mempelajari manuskrip tersebut. Kaum kolonial cenderung memiliki kelebihan dalam menghargai naskah. Berbeda dengan kita yang memperlakukan naskah sebagai benda pusaka, tidak boleh dibaca sembarangan sehingga justru berisiko hancur dimakan usia.

Idealnya sebuah manuskrip memerlukan perawatan khusus. Museum atau keraton di Indonesia sebagian besar hanya menggunakan kapur barus. Kapur barus hanya mencengah ngengat, namun tidak bisa menahan laju usia naskah.

Beberapa bulan belakangan ini, saya aktif dalam kegiatan konservasi kreatif oleh pemuda terhadap pusaka. Selama mempelajari pusaka, saya mendapatkan informasi bahwa beberapa pusaka Indonesia khususnya manuskrip tersimpan secara apik dan aman di Belanda. Salah satunya adalah La Galigo.

La Galigo ditulis ulang sebanyak 12 volume oleh Colliq Pujie atas permintaan B.F. Matthes, missionaris Belanda. Manuskrip terpanjang di dunia yang berasal dari tanah Bugis, Sulawesi Selatan ini merupakan bagian dari koleksi naskah-naskah Indonesia di the Netherlands Bible Society yang telah diberikan hak permanen ke Koninklijk Instituut voor Taal- Land- en Volkenkunde Leiden, Perpustakaan Universitas Leiden sejak tahun 1905 s.d 1915 di Belanda. Naskah ini disimpan di lantai dua dalam sebuah ruangan khusus bersuhu 18 derajat celcius.

Kini La Galigo masih tersimpan rapi di sana dan menjadi salah satu naskah tua yang paling dijaga karena sangat berharga. Siapa saja diperkenankan membaca, mempelajari dan mendiskusikan manuskrip ini. Penjaga perpustakaan biasanya menghimbau agar berhati-hati dalam membuka lembar demi lembar karena kertasnya sudah sangat rapuh. Bahkan, harus diletakkan di atas bantal agar tidak mudah koyak.

Beberapa versi La Galigo sebelum penulisan ulang telah hilang akibat serangga, iklim, dan perusakan. Iklim di Sulawesi terlalu panas untuk manuskrip tua sedangkan Belanda memiliki iklim yang lebih bersahabat. Banyak naskah asli La Galigo yang hancur karena kecerobohan pemiliknya.
 
Selain La Galigo, masih banyak naskah Indonesia yang tersimpan di Belanda. Di Universitas Blibiotheek Leiden misalnya ada sekitar 239 naskah Sunda. Naskah Leiden Or 266 yang berisi ajaran islam dikoleksi sejak tahun 1957 juga disimpan di perpustakaan Universitas Leiden.

Sebaiknya kita bercermin kepada Belanda dalam upaya merawat dan melestarikan warisan budaya yang rawan punah seperti manuskrip. Sudah selayaknya manuskrip yang masih ada di Indonesia mendapatkan perlakuan khusus agar terus menjadi bahan kajian dari masa ke masa.

Referensi:
http://bugisbelanda.blogspot.com/

http://idha2908.blogspot.com/2012/04/leiden-berkunjung-demi-membaca-melihat.html

http://lontaraproject.com/category/101-la-galigo/

http://www.kabarkami.com/mengenal-universitas-leiden-penjaga-warisan-budaya-bugis-makassar.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar