My Dreams

  • Defender, Planned, Orderly, Organized, Practical, Controled, Decisive, Respect, Procedures, Details, Disciplined, Conscientious, Super Dependable, Warm, Generous, Peace, Quiet, Sensitivity, Privacy, Few Interruptions, Protected, People-oriented, Serves Others, Enjoys Harmonious, Loyalty, and Devotion.

Jumat, 08 Maret 2013

Siapa Lagi yang Bisa Membaca Tulisan Aksara?

“Jangan pernah lupakan sejarah” itulah petuah Bung Karno yang perlu kita ingat hingga sekarang. Ya, siapapun dari kita seharusnya sadar bahwa sejarah tentang apapun itu selalu membawa cerita dan hikmah yang mendalam. Sejarah merupakan identitas diri kita.
Mata ini baru terbuka setelah mendapatkan materi

Untuk mengetahui kehidupan pada masyarakat pada masa pra-aksara, kita dapat melakukan penelitian terhadap benda-benda purbakala yang ditemukan, misalnya fosil dan artefak. Karena pada saat itu belum ada kemampuan manusia untuk mengenal tulisan. Lain halnya dengan masa aksara, kita dapat menemukan peninggalan-peninggalan yang berupa tulisan. Tulisan terdapat pada batu, daun lontar, kain dan sebagainya. Sehingga kita dapat mengetahui berbagai hal yang terjadi pada masa itu.

Manuskrip kadang disebut juga naskah lama, naskah klasik, dan naskah kuno (tergantung periode). Menurut konteks kebudayaan dikategorikan sebagai warisan budaya kebendaan (tangible cultural heritage) yang bersifat konkrit (material culture) dan sekaligus dikategorikan sebagai warisan budaya non-kebendaan (intangible cultural heritage) yang bersifat abstrak (immaterial culture). Manuskrip merupakan peninggalan sejarah yang berupa tulisan tangan (handschrift) yang panjang dan lengkap. Oleh karena itu naskah kuno dianggap sebagai salah satu sumber informasi budaya masa lampau dan merupakan dokumen budaya, karena di dalam naskah kuno tergambar jelas mengenai alam pikiran, adat-istiadat, kepercayaan, dan sistem nilai yang dianut pada masa lampau.

Pada zaman klasik, selain aksara Palawa terdapat aksara Siddamatrka dan aksara Jawa Kuna. Sebelum zaman kolonial terdapat aksara Buda, aksara Sunda Kuna, dan aksara Proto Sumatra seperti aksara Batak, aksara Rencong, aksara Kerinci, aksara Lampung, aksara Jawa, aksara Bali, aksara Bugis, dan aksara Makasar.

Aksara berperan penting dalam naskah kuno karena aksara merupakan wujud tulisan yang merekam dan menyimpan pikiran, gagasan, perasaan, dan keterampilan nenek moyang yang telah melahirkan ilmu pengetahuan, teknologi, sastra, dan seni. Nusantara mengenal aksara sejak abad ke-5 M. Hal itu dibuktikan oleh penemuan prasasti Kerajaan Kutai, Kalimantan Timur. Tulisan pada prasasti tersebut menggunakan aksara Palawa dan bahasa Sanskerta. Seiring perkembangan zaman, bahasa dan aksara Nusantara semakin kaya dan beragam.

Namun yang menjadi permasalahan saat ini masih adakah orang-orang yang mampu membaca tulisan aksara? Jawabannya adalah masih tetapi jumlahnya sangat minim. Jumlah fiologpun juga masih sedikit.

2 komentar:

  1. dengan belajar yang cukup keras akhirnya saia bisa membaca aksara jawa modern, yang kuno masih belajar bahasanya karena untuk aksaranya sedikit lebih sulit.
    menurut saya kita anak muda tidak perlu merasa bersalah jika kita kurang bisa memahami aksara kuno, karena memang guru yang bisa mengajari sedikit, kalaupun ada itupun mesti masuk di universitas. hampir tidak ada yang mau mengajari gratisan. ditambah kraton-kraton yang tersebar di indonesia jarang sekali mengadakan pendidikan cara membaca dan menulis aksara kuno. maka kepada siapa kalau bukan kepada pujangga kraton kita belajar???

    BalasHapus
  2. Iya betul sekali memang wadah belajarnya masih sedikit...di keraton2 gitu juga jarang ada pelatihannya ya...hmmm sayang sekali

    BalasHapus