Sebagai Ibu Kota negara, DKI Jakarta merupakan kota yang cukup
“complicated” untuk dibicarakan. Permasalahan seperti polusi, macet dan
banjir merupakan hal klasik yang terjadi di Jakarta. Bukan tanpa alasan, coba
kita amati jumlah penduduk yang padat dan dihadapkan dengan wilayah yang
sempit. Pembangunan gedung dan volume kendaraan yang terus
meningkat. Mungkin hal-hal yang saya sebutkan di atas saat ini masih dianggap
sebagai sesuatu yang biasa saja, mengingat Jakarta memang kota metropolitan.
Sentral kota yang menjadi penopang mimpi sebagian besar penduduk Indonesia
dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Di balik itu, kita yang notabene-nya adalah bukan penduduk asli DKI Jakarta
alias pendatang sepertinya hanya memikirkan tujuan pribadi kita saja. Kita
mencari nafkah, menimba ilmu atau bahkan menyebarkan budaya kita sendiri selama
kita tinggal di DKI Jakarta. Padahal penduduk asli DKI Jakarta yang disebut
suku Betawi tentunya memiliki kebudayaan asli yang menjadi ciri khas kota ini.
Banyak yang terlupakan oleh warga yang berdomisili disana bahwa DKI Jakarta
juga mempunyai kebudayaan yang perlu dilestarikan.
Saya
memang bukan berasal dari DKI Jakarta, namun sudah merasa seperti ‘orang Betawi’
karena telah lahir dan besar disana. Saya hanya menjadi pengamat dan penikmat
budaya Betawi selama ini. Di daerah tempat tinggal saya ternyata masih kental
kebudayaan Betawinya. Sapaan dalam keluarga seperti Engkong, Nyai, Enyak, Babe,
Encang, Encing, Abang dan Empok masih akrab di telinga saya. Pertunjukan khas
seperti ondel-ondel, marawis, tanjidor dan lenong pernah saya nikmati walau
hanya pada event-event tertentu. Selain itu, prosesi
pernikahan adat Betawi juga yang menarik. Budaya pernikahan tersebut terdiri
dari lamaran, masa pertunangan, menentukan hari perkawinan, mengantar
peralatan, menyerahkan uang sembah, seserahan, nikah, ngarak penganten, main
nganten-ngantenan, main marah-marahan, menyerahkan uang penegor dan pesta
penutup. Namun, saat ini upacara adat perkawinan Betawi jarang diselenggarakan
secara lengkap. Pada umumnya hanya beberapa tahapan saja yang dilaksanakan.
Tahapan yang jarang dilakukan pada saat ini adalah main nganten-ngantenan, main
marah-marahan dan menyerahkan uang penegor. Tak lupa petasan, pantun, roti
buaya, dodol dan nasi congcot yang begitu mengena dalam benak saya karena saya
pernah melihat dan mencoba secara langsung.
Oi pembaca...
Oi...
Paragraf
panjang di atas baru prolog lho...
Saya akan menceritakan mengenai sebuah
pengalaman yang membuat saya mengetahui lebih jauh mengenai “The Powerfull
of Jakarta”.
Teman-teman ada yang pernah mendengar tentang ABNON?
ABNON adalah singkatan dari ‘Abang None’.
Kalau di wilayah Tangerang punya “Kang Nong”, di Jawa Tengah punya “Mas Mbak ”,
di Jawa Timur punya “Raka Raki”, maka di DKI punye “Abang None”, sebagai salah
satu wadah untuk mempersiapkan Duta Wisata yang handal mempromosikan, melestarikan dan mengapresiasikan keanekaragaman budaya daerah. Ajang ABNON ini merupakan suatu
kegiatan rutin yang diselenggarakan setiap tahunnya oleh masing-masing Pemerintah Kota Administrasi DKI
Jakarta, kemudian maju ke tingkat
Provinsi DKI Jakarta. Kegiatan ini adalah salah satu rangkaian perayaan Hari
Jadi Kota Jakarta. Pengalaman yang
saya rasakan waktu itu dalam memperingati ulang
tahun DKI Jakarta yang ke 485.
Pada tanggal 27 dan 28 April
2012, saya mengikuti seleksi pemilihan ABNON Jakarta
Barat 2012 yang mengusung tema ”Unleash Your Potensial”. Seleksi peserta
dilakukan melalui tiga tahapan, yakni komunikasi, focus group discussion dan interview oleh dewan juri yang terdiri atas
tujuh orang. Setelah melalui tiga tahap seleksi, dewan juri akan memilih 15
pasang ABNON untuk maju ke babak final. Pada
seleksi tahap III, dewan juri
akan melakukan penilaian terhadap penampilan dan kualitas kecerdasan finalis,
terutama yang berkaitan dengan pengetahuan budaya
Betawi. Ke-15 pasang ABNON terpilih akan mengikuti malam final
pada 25 Mei di Hotel Twin Plaza Jalan S Parman Jakarta Barat untuk menentukan
siapa ABNON Jakarta Barat 2012,
Wakil ABNON I, Wakil ABNON II, Harapan I-II dan ABNON Favorit.
Apa sih yang mendasari saya
mengikuti pemilihan ini? Ikut-ikutan? Tidak juga karena disana saya hanya
sendiri. Mau eksis? Mungkin saja
terbesit hal itu. Namun yang menjadi pertimbangan utama saya ialah saya ingin
mengembangkan potensi diri dan menambah wawasan kebudayaan.
Muda, Beda, dan Berbudaya
Yups, ketiga kata di atas sepertinya
jargon dalam acara ini. Muda,
karena kita sebagai pemuda yang menjadi pemeran utama dalam misi budaya ini. Beda, walau berbeda
latarbelakang, kita memiliki visi dan misi yang sama. Berbudaya, sudah jadi rahasia
umum bahwa bangsa Indonesia ini
adalah salah satu negara yang memiliki banyak budaya, maka dengan ini
diharapkan kita dapat memahami tentang budaya kita dan selalu berusaha
menjaganya. Walaupun hanya sempat mencicipi satu tahap seleksi, saya tidak
menyesal. Dengan adanya acara ini yang walau hanya saya kecap sebentar, saya
mendapatkan banyak hikmah.
Pertama, saya bertemu dengan
orang-orang hebat. Tidak semua peserta berdomisili di Jakarta lho, bahkan pemuda-pemudi
dari Depok, Bandung dan lainnya turut serta. Artinya mereka ingin berkontribusi
melestarikan budaya dimanapun tanpa terkecuali. Kedua, saya membaca pedoman
kebudayaan Betawi yang harus diketahui oleh semua peserta. Saya menjadi tahu beberapa informasi mengenai DKI
Jakarta, seperti:
Sebagai Ibu Kota negara, DKI Jakarta merupakan kota yang cukup
“complicated” untuk dibicarakan. Permasalahan seperti polusi, macet dan
banjir merupakan hal klasik yang terjadi di Jakarta. Bukan tanpa alasan, coba
kita amati jumlah penduduk yang padat dan dihadapkan dengan wilayah yang
sempit. Pembangunan gedung dan volume kendaraan yang terus
meningkat. Mungkin hal-hal yang saya sebutkan di atas saat ini masih dianggap
sebagai sesuatu yang biasa saja, mengingat Jakarta memang kota metropolitan.
Sentral kota yang menjadi penopang mimpi sebagian besar penduduk Indonesia
dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Di balik itu, kita yang notabene-nya adalah bukan penduduk asli DKI Jakarta
alias pendatang sepertinya hanya memikirkan tujuan pribadi kita saja. Kita
mencari nafkah, menimba ilmu atau bahkan menyebarkan budaya kita sendiri selama
kita tinggal di DKI Jakarta. Padahal penduduk asli DKI Jakarta yang disebut
suku Betawi tentunya memiliki kebudayaan asli yang menjadi ciri khas kota ini.
Banyak yang terlupakan oleh warga yang berdomisili disana bahwa DKI Jakarta
juga mempunyai kebudayaan yang perlu dilestarikan.
Saya
memang bukan berasal dari DKI Jakarta, namun sudah merasa seperti ‘orang Betawi’
karena telah lahir dan besar disana. Saya hanya menjadi pengamat dan penikmat
budaya Betawi selama ini. Di daerah tempat tinggal saya ternyata masih kental
kebudayaan Betawinya. Sapaan dalam keluarga seperti Engkong, Nyai, Enyak, Babe,
Encang, Encing, Abang dan Empok masih akrab di telinga saya. Pertunjukan khas
seperti ondel-ondel, marawis, tanjidor dan lenong pernah saya nikmati walau
hanya pada event-event tertentu. Selain itu, prosesi
pernikahan adat Betawi juga yang menarik. Budaya pernikahan tersebut terdiri
dari lamaran, masa pertunangan, menentukan hari perkawinan, mengantar
peralatan, menyerahkan uang sembah, seserahan, nikah, ngarak penganten, main
nganten-ngantenan, main marah-marahan, menyerahkan uang penegor dan pesta
penutup. Namun, saat ini upacara adat perkawinan Betawi jarang diselenggarakan
secara lengkap. Pada umumnya hanya beberapa tahapan saja yang dilaksanakan.
Tahapan yang jarang dilakukan pada saat ini adalah main nganten-ngantenan, main
marah-marahan dan menyerahkan uang penegor. Tak lupa petasan, pantun, roti
buaya, dodol dan nasi congcot yang begitu mengena dalam benak saya karena saya
pernah melihat dan mencoba secara langsung.
Oi pembaca...
Oi...
Paragraf panjang di atas baru prolog lho...
Saya akan menceritakan mengenai sebuah pengalaman yang membuat saya mengetahui lebih jauh mengenai “The Powerfull of Jakarta”.
Teman-teman ada yang pernah mendengar tentang ABNON?
ABNON adalah singkatan dari ‘Abang None’. Kalau di wilayah Tangerang punya “Kang Nong”, di Jawa Tengah punya “Mas Mbak ”, di Jawa Timur punya “Raka Raki”, maka di DKI punye “Abang None”, sebagai salah satu wadah untuk mempersiapkan Duta Wisata yang handal mempromosikan, melestarikan dan mengapresiasikan keanekaragaman budaya daerah. Ajang ABNON ini merupakan suatu kegiatan rutin yang diselenggarakan setiap tahunnya oleh masing-masing Pemerintah Kota Administrasi DKI Jakarta, kemudian maju ke tingkat Provinsi DKI Jakarta. Kegiatan ini adalah salah satu rangkaian perayaan Hari Jadi Kota Jakarta. Pengalaman yang saya rasakan waktu itu dalam memperingati ulang tahun DKI Jakarta yang ke 485.
Pada tanggal 27 dan 28 April 2012, saya mengikuti seleksi pemilihan ABNON Jakarta Barat 2012 yang mengusung tema ”Unleash Your Potensial”. Seleksi peserta dilakukan melalui tiga tahapan, yakni komunikasi, focus group discussion dan interview oleh dewan juri yang terdiri atas tujuh orang. Setelah melalui tiga tahap seleksi, dewan juri akan memilih 15 pasang ABNON untuk maju ke babak final. Pada seleksi tahap III, dewan juri akan melakukan penilaian terhadap penampilan dan kualitas kecerdasan finalis, terutama yang berkaitan dengan pengetahuan budaya Betawi. Ke-15 pasang ABNON terpilih akan mengikuti malam final pada 25 Mei di Hotel Twin Plaza Jalan S Parman Jakarta Barat untuk menentukan siapa ABNON Jakarta Barat 2012, Wakil ABNON I, Wakil ABNON II, Harapan I-II dan ABNON Favorit.
Apa sih yang mendasari saya mengikuti pemilihan ini? Ikut-ikutan? Tidak juga karena disana saya hanya sendiri. Mau eksis? Mungkin saja terbesit hal itu. Namun yang menjadi pertimbangan utama saya ialah saya ingin mengembangkan potensi diri dan menambah wawasan kebudayaan.
Muda, Beda, dan Berbudaya
Yups, ketiga kata di atas sepertinya jargon dalam acara ini. Muda, karena kita sebagai pemuda yang menjadi pemeran utama dalam misi budaya ini. Beda, walau berbeda latarbelakang, kita memiliki visi dan misi yang sama. Berbudaya, sudah jadi rahasia umum bahwa bangsa Indonesia ini adalah salah satu negara yang memiliki banyak budaya, maka dengan ini diharapkan kita dapat memahami tentang budaya kita dan selalu berusaha menjaganya. Walaupun hanya sempat mencicipi satu tahap seleksi, saya tidak menyesal. Dengan adanya acara ini yang walau hanya saya kecap sebentar, saya mendapatkan banyak hikmah.
Pertama, saya bertemu dengan orang-orang hebat. Tidak semua peserta berdomisili di Jakarta lho, bahkan pemuda-pemudi dari Depok, Bandung dan lainnya turut serta. Artinya mereka ingin berkontribusi melestarikan budaya dimanapun tanpa terkecuali. Kedua, saya membaca pedoman kebudayaan Betawi yang harus diketahui oleh semua peserta. Saya menjadi tahu beberapa informasi mengenai DKI Jakarta, seperti:
Oi pembaca...
Oi...
Paragraf panjang di atas baru prolog lho...
Saya akan menceritakan mengenai sebuah pengalaman yang membuat saya mengetahui lebih jauh mengenai “The Powerfull of Jakarta”.
Teman-teman ada yang pernah mendengar tentang ABNON?
ABNON adalah singkatan dari ‘Abang None’. Kalau di wilayah Tangerang punya “Kang Nong”, di Jawa Tengah punya “Mas Mbak ”, di Jawa Timur punya “Raka Raki”, maka di DKI punye “Abang None”, sebagai salah satu wadah untuk mempersiapkan Duta Wisata yang handal mempromosikan, melestarikan dan mengapresiasikan keanekaragaman budaya daerah. Ajang ABNON ini merupakan suatu kegiatan rutin yang diselenggarakan setiap tahunnya oleh masing-masing Pemerintah Kota Administrasi DKI Jakarta, kemudian maju ke tingkat Provinsi DKI Jakarta. Kegiatan ini adalah salah satu rangkaian perayaan Hari Jadi Kota Jakarta. Pengalaman yang saya rasakan waktu itu dalam memperingati ulang tahun DKI Jakarta yang ke 485.
Pada tanggal 27 dan 28 April 2012, saya mengikuti seleksi pemilihan ABNON Jakarta Barat 2012 yang mengusung tema ”Unleash Your Potensial”. Seleksi peserta dilakukan melalui tiga tahapan, yakni komunikasi, focus group discussion dan interview oleh dewan juri yang terdiri atas tujuh orang. Setelah melalui tiga tahap seleksi, dewan juri akan memilih 15 pasang ABNON untuk maju ke babak final. Pada seleksi tahap III, dewan juri akan melakukan penilaian terhadap penampilan dan kualitas kecerdasan finalis, terutama yang berkaitan dengan pengetahuan budaya Betawi. Ke-15 pasang ABNON terpilih akan mengikuti malam final pada 25 Mei di Hotel Twin Plaza Jalan S Parman Jakarta Barat untuk menentukan siapa ABNON Jakarta Barat 2012, Wakil ABNON I, Wakil ABNON II, Harapan I-II dan ABNON Favorit.
Apa sih yang mendasari saya mengikuti pemilihan ini? Ikut-ikutan? Tidak juga karena disana saya hanya sendiri. Mau eksis? Mungkin saja terbesit hal itu. Namun yang menjadi pertimbangan utama saya ialah saya ingin mengembangkan potensi diri dan menambah wawasan kebudayaan.
Muda, Beda, dan Berbudaya
Yups, ketiga kata di atas sepertinya jargon dalam acara ini. Muda, karena kita sebagai pemuda yang menjadi pemeran utama dalam misi budaya ini. Beda, walau berbeda latarbelakang, kita memiliki visi dan misi yang sama. Berbudaya, sudah jadi rahasia umum bahwa bangsa Indonesia ini adalah salah satu negara yang memiliki banyak budaya, maka dengan ini diharapkan kita dapat memahami tentang budaya kita dan selalu berusaha menjaganya. Walaupun hanya sempat mencicipi satu tahap seleksi, saya tidak menyesal. Dengan adanya acara ini yang walau hanya saya kecap sebentar, saya mendapatkan banyak hikmah.
Pertama, saya bertemu dengan orang-orang hebat. Tidak semua peserta berdomisili di Jakarta lho, bahkan pemuda-pemudi dari Depok, Bandung dan lainnya turut serta. Artinya mereka ingin berkontribusi melestarikan budaya dimanapun tanpa terkecuali. Kedua, saya membaca pedoman kebudayaan Betawi yang harus diketahui oleh semua peserta. Saya menjadi tahu beberapa informasi mengenai DKI Jakarta, seperti:
wah sip tulisannya :)
BalasHapussalam
berita bola terbaru dan terlengkap
Hehehe, tertarik ikutan Audisi ABNON thn depan?
BalasHapus:)
kontes blog bank mandiri: klik disini
BalasHapushai
BalasHapusAku kebetulan tertarik ikutan ABNON 2013, kalu boleh tau tinggi badan kamu berapa ya waktu ikutan daftar ABNON?
Thx
Kalau aku sendiri tingginya 166, minimal sih 165 utk wanita kalau gak salah tp waktu itu ada deh yg tingginya lebih pendek dr aku ikutan audisi...
BalasHapuskakak boleh tanya2 tenteng abnon gak kak?
BalasHapuspengen ikutan, tp bingung testnya kyak gmna.. trus yg pk jilbab bleh gak..
Boleh kok pakai Jilbab...
Hapusuntuk tesnya seperti apa kira-kira seperti yang aku tulis disini :)
Mulai dari administratif, komunikasi, focus group discussion, dan interview
Assalamu alaikum. Hello, kak Putri Agustina. Ada yang ingin ak tanyakan seputar abnon jakarta. Btw kakak ada account Line?
BalasHapusWaalaikumsalam, Hai Cha yakin aku orang yang tepat untuk ditanya soal Abnon? Coz aku kan gak lolos, atau email aku aja yah ke putri.agustina92@gmail.com
Hapus