Sumber: www.olivewriting.com |
Sumber: www.jejaknews.com |
Situasi masalah HIV/AIDS, Triwulan III, Juli - September tahun 2012 kasus HIV, dari Juli sampai dengan September 2012 jumlah kasus baru HIV yang dilaporkan sebanyak 5.489 kasus. Rasio kasus HIV antara laki-laki dan perempuan adalah 1:1. Persentase faktor risiko HIV tertinggi adalah hubungan seks tidak aman pada heteroseksual (50,8%), penggunaan jarum suntik tidak steril pada Penasun (9,4%), dan LSL (Lelaki Seks Lelaki) (7%). Kasus AIDS, dari Juli sampai dengan September 2012 jumlah kasus baru AIDS yang dilaporkan sebanyak 1.317 kasus. Rasio kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Jumlah kasus AIDS tertinggi dilaporkan dari Provinsi DKI Jakarta (648), Jawa Tengah (140), Bali (1012), Jawa Barat (80) dan Kepulauan Riau (78). Persentase faktor risiko AIDS tertinggi adalah hubungan seks tidak aman pada heteroseksual (81,9%), penggunaan jarum suntik tidak steril pada Penasun (7,2%), dari ibu (positif HIV) ke anak (4,6%), dan LSL (2,8%).[1] Begitu mirisnya melihat perkembangan virus mematikan tersebut di wilayah nusantara. Maka daripada itu, kita harus waspada. Mari kita lakukan pencegahan penyebaran virus HIV/AIDS dengan salah satu caranya yaitu menggunakan kondom.
Menilik pada lingkaran tersebut, pertama kita kaji dari segi pekerja seks komersial. Beberapa survei mengungkapkan bahwa virus HIV/AIDS memiliki kaitan erat dengan pekerja seks komersial. Kegiatan seksual bermotif uang menjadi momok dilematis bagi perempuan pekerja seks komersial. Demi menjaga kelangsungan hidup akibat permasalahan ekonomi, mereka melakukan pekerjaan yang sungguh bertentangan dengan agama dan moral bangsa Indonesia ini. Bahkan ada juga motif penipuan, perdagangan manusia, dan masih banyak alasan lain yang menyebabkan praktek prostitusi ini tidak pernah mati. Ya, tidak pernah mati dan bahkan semakin menjamur di tiap daerah. Komisi Penanggulangan AIDS tahun 2009 memperkirakan 3,2 juta laki-laki
pernah menjadi pelanggan pekerja seks. Sekitar 1,9 juta perempuan menikah
dengan laki-laki yang terinfeksi HIV. Jumlah pekerja seks perempuan diperkirakan
214.000 orang.[2] Kegiatan seks dengan berganti-ganti pasangan dan tanpa menggunakan pengaman adalah sarang utama penyebaran virus HIV/AIDS di lokasi prostitusi. Beberapa artikel mengatakan bahwa perempuan pekerja seks komersial kesulitan mengupayakan penggunaan alat kontrasepsi seperti kondom kepada pelanggannya. Alasan pelanggan ialah karena kurang enak (baca: tidak nikmat), merepotkan, dan beragam alasan lainnya. Akhirnya perempuan pekerja seks komersial lebih memilih mengkonsumsi alat kontrasepsi seperti pil pencegah kehamilan saja, padahal penularan virus HIV/AIDS berasal dari cairan vagina dan sperma. Bagaimana cara menghilangkan praktek prostitusi ini? Menurut saya adalah penyelesaian masalah-masalah yang menjadi motif seseorang bekerja dengan seks komersial yang telah saya sebutkan di atas. Motif-motif tersebut merupakan akar dari masalah ini. Di samping itu, edukasi sebab akibat seks tidak aman, budayakan adat ketimuran kita, serta meningkatkan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa juga harus dilakukan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Selama praktek prostitusi masih ada dan masih tidak ada upaya waspada terhadap
penularan virus HIV/AIDS melalui cairan senggama (dengan kondom) maka
dapat dipastikan rantai lingkaran virus ini tidak akan putus. Sudah saatnya pekerja seks komersial sadar akan resiko pekerjaannya dan berani mengatakan waspada HIV/AIDS dengan kondom.
Kedua, kita coba mengkaji dari segi lelaki hidung belang. Kita juga dapat menggabungkan poin ketiga yaitu suami yang merupakan hidung belang. Perbedaannya hanya pada statusnya saja, yang satu kemungkinan masih lajang dan yang satu lagi sudah menikah. Dari penjabaran tersebut kita juga dapat mengaitkan dengan poin keempat dan kelima yaitu wanita yang mau saja melakukan hubungan seksual dengan lelaki yang ternyata hidung belang dan istri dari lelaki hidung belang tersebut. Penambahan kedua poin itu turut mengindikasi poin keenam yaitu bayi yang tidak berdosa hasil hubungan laki-laki dan perempuan yang terjangkit virus HIV/AIDS. Makna kiasan dari idiom hidung belang yaitu pria yang merupakan pelanggan PSK atau pekerja seks komersial. Setelah merangkai poin pertama, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa lelaki hidung belang merupakan perantara dari lingkaran virus HIV/AIDS ini. Lelaki lajang yang suka melakukan seks pra-nikah dengan berganti-ganti pasangan rentan mengunjungi pekerja seks komersial di rumah bordir untuk sekedar menyalurkan hawa nafsunya. Entah apa yang terjadi saat ini, bisnis seks cenderung memiliki konsumen tetap dan berkembang pesat. Lebih parah lagi jika lelaki tersebut memiliki kekasih (misalnya) yang tidak berstatus sebagai pekerja seks komersial namun mau saja berhubungan seks pra-nikah, bisa jadi virus HIV/AIDS menyebar ke si wanita jika lelaki itu telah tertular dari petualangan seksnya dengan pekerja seks komersial. Apa lagi jika lelaki tersebut telah berstatus menikah dan memiliki seorang istri yang sah. Suami yang suka "jajan" di luar dengan pekerja seks komersial memiliki resiko besar untuk menularkan HIV/AIDS kepada istrinya. Apa yang terjadi jika wanita atau istri tertular HIV/AIDS dan kemudian hamil. Perempuan secara kodrati akan melahirkan generasi penerus, terlepas perempuan tersebut mengidap penyakit atau tidak. Karena itu, jika hal itu terjadi maka sangat rawan menulari anaknya, bayi yang tidak berdosa. Dalam poin-poin tersebut jelas sekali bahwa laki-laki menjadi kunci utama dari penyebaran virus tersebut. Terlepas dari segala alasan mengapa mereka melakukan hubungan seks dengan pekerja seks komersial atau pra-nikah, mereka memiliki dua pilihan untuk membeli penyakit atau membina hubungan yang sehat demi kesehatan dirinya maupun orang-orang yang ada dalam hidupnya. Jika lelaki hidung belang ini belum menyadari segala kesalahannya dan menghentikan perilaku buruknya, maka harap minimalkan potensi penyebaran virus HIV/AIDS dari kebiasaan buruknya itu dengan mengerti akan arti waspada HIV/AIDS dengan kondom.
Bulan Juni lalu, Menteri Kesehatan, Ibu Dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH mengatakan bahwa kalau tidak ada peningkatan program penanganan terobosan untuk mencegah penularan AIDS maka pada tahun 2025 akan ada 1.817.700 orang terinfeksi AIDS. Menurut beliau, satu-satunya cara untuk mencegah penularan itu adalah "dengan menggunakan kondom dari laki-laki yang berisiko kepada perempuan
pekerja seks mau pun istrinya.[3] Mari kita semua bahu-membahu perangi virus HIV/AIDS bersamaan dengan introspeksi dan perbaikan diri. Kaji satu per satu akar masalah penyebab mengapa lingkaran setan ini belum juga putus sampai sekarang. Pahami bahwa kondom adalah alat pencegahan virus HIV/AIDS bukan sebuah pelegalan seks pra-nikah. Demikian pemikiran topi hitam saya mengenai kondom dan HIV/AIDS, semoga berkenan bagi pembaca semua^^.
Sumber referensi:
[1]http://www.depkes.go.id/index.php/component/content/article/43-newsslider/2186-perkembangan-hiv-aids-di-indonesia-triwulan-iii-tahun-2012.html
[2]http://health.kompas.com/read/2012/02/23/06485852/Perempuan.Terinfeksi.HIV.Terus.Meningkat
[3]http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2012/06/120625_condomprogram.shtml
Sumber: www.9satu.com |
Tulisan ini dibuat dalam rangka Pekan Kondom Nasional 2012 sebagai aksi memperingati hari AIDS Sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Desember bersama
DKT Indonesia dan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN)
Sumber referensi:
[1]http://www.depkes.go.id/index.php/component/content/article/43-newsslider/2186-perkembangan-hiv-aids-di-indonesia-triwulan-iii-tahun-2012.html
[2]http://health.kompas.com/read/2012/02/23/06485852/Perempuan.Terinfeksi.HIV.Terus.Meningkat
[3]http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2012/06/120625_condomprogram.shtml
Tidak ada komentar:
Posting Komentar