My Dreams

  • Defender, Planned, Orderly, Organized, Practical, Controled, Decisive, Respect, Procedures, Details, Disciplined, Conscientious, Super Dependable, Warm, Generous, Peace, Quiet, Sensitivity, Privacy, Few Interruptions, Protected, People-oriented, Serves Others, Enjoys Harmonious, Loyalty, and Devotion.

Jumat, 25 Januari 2013

Cinta Monyet Anak SD Zaman Sekarang

Beberapa waktu lalu muncul berita heboh yang membuat saya merasa miris. Pemberitaan mengenai RA, bocah Bengkulu yang masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 4 nekat memanjat tower setinggi 100 meter untuk mencoba bunuh diri karena cintanya ditolak SA, teman sepermainannya. Ternyata fakta itu benar adanya. Anak dengan usia sedini itu sudah berprilaku layaknya orang dewasa. Menanggapi kasus tersebut, beberapa komentar muncul menyatakan bahwa hal tersebut terjadi karena dunia sinetron yang kurang mendidik atau lagu-lagu anak yang kini cenderung bertemakan dewasa. Lalu adakah yang bisa kita perbuat? Atau hanya orang tuanya yang harus bertanggung jawab?

Saya langsung teringat kepada tiga puluh adik didik saya yang ada di yayasan. Mereka masih duduk di sekolah dasar kelas 5 dan 6. Pada usia tersebut banyak sekali fenomena yang terjadi pada diri mereka. Banyak pertanyaan yang mereka simpan untuk diketahui jawabannya. Berdasarkan hal tersebut, saya selalu berusaha meluangkan waktu sekali dalam seminggu untuk agenda kegiatan curhat dengan mereka. Kegiatan ini bisa disebut seperti mentoring namun dengan gaya yang lebih santai. Hal ini saya lakukan untuk memposisikan diri sebagai kakak agar mereka senantiasa terbuka. Dengan begitu saya dapat mengetahui kondisi mereka dan dapat menjaga mereka dengan lebih baik.

Agenda curhat tersebut menguak fakta bahwa fenomena cinta-cintaan (cinta monyet) sudah terjadi pada usia mereka, sekolah dasar. Mereka bercerita suka si dia, sms-an sama si dia, dia dan dia. Bahkan terungkap ada yang sudah "jadian" diusia yang masih sangat belia tersebut. Mayoritas dari mereka lebih tertarik menceritakan hal tersebut dibandingkan dengan cerita tentang prestasi atau tentang orang tua mereka.

Saya sempat tertegun beberapa saat dan menarik nafas dalam untuk memberikan tanggapan dari cerita mereka. Dengan tenang saya memberikan arahan pada mereka bahwa hal itu belum pantas dilakukan. Saya memberikan sugesti bahwa yang terpenting saat ini adalah taat kepada Allah, orang tua, serta rajin belajar. Saya menghimbau kepada mereka agar apapun yang terjadi pada mereka, ceritakanlah kepada orang tua mereka. Jika sungkan bercerita kepada orang tua, mereka dapat bercerita kepada saya. Sebagian diantara mereka takut bercerita kepada orang tua, memiliki orang tua yang kurang perhatian karena sibuk bekerja, bahkan ada yang sudah yatim piatu. Saya ingin anak-anak Indonesia minimal ketiga puluh adik didik saya itu berprilaku dan mendapatkan perlakuan yang baik. Mudah-mudahan saya tetap istikhomah untuk memperhatikan mereka.

Kepada Bapak dan Ibu, berikanlah perhatian dan motivasi yang cukup kepada buah hati anda. Mereka insan murni yang tentunya dapat diisi dengan nilai moral dan karakter yang baik selagi dini. Mereka juga cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Berikan waktu untuk mendengarkan mereka dan berikan jawaban terbaik yang mudah dipahami oleh mereka.

12 komentar:

  1. inilah kenyataan yang harus kita hadapi..ternyata tidak semua tanyangan di TV itu sifatnya mendidk..kita lihat sinetron2 anak sekolah..dari cara berpakaian sampai tingkah laku..banyak anak yg mencontoh dari acara2 di TV..maka kita sbg org tua harus bisa mengrahkan pada anak2 kita mana yg baik untuk ditonton sekaligus sebagai media Pendidikan..

    BalasHapus
  2. Iya Bapak/Ibu betul sekali^^ Jadi orang tua jg harus cerdas dlm mengarahkan anak:D Orang tua masa kini harus tahu masalah masa kini yg terjadi pada dunia anak2...

    BalasHapus
  3. Astagfirullah, dewasa sebelum waktunya. Inilah kenyataan bahwa orang tua harus lebih memperhatikan pendidikan moral, bimbinglah anak penerus bangsa dengan selain pendidikan formal juga harus diimbangi dengan ilmu agama dan perilaku

    BalasHapus
  4. Ini sebuah kultur 'modern' yang berimplikasi pada karakter anak.. kedepanya media akan selalu memberi dampak yang kurang positif kepada.. permasalahan ini sudah sangat kompleks.. semoga saja Media dapat menyuguh tayangan yang edukatif.. itu harapan besar saya

    BalasHapus
  5. Aq dulu klas 5 SD jg udah suka ama temen sekelas tp gak spt anak jmn skrg....parah bgt..! mau tidak mau pondasi AGAMA menjadi akar yg kuat untuk membimbing mereka agar tdk kebablasan dlm bergaul di jmn serba amburadul ini.....:)

    BalasHapus
  6. Cinta monyet pada anak SD sudah dari dulu banyak, tapi prilaku anak2 waktu itu masih bisa dibatasi dengan pendidikan Moral dan penghayatan Pancasila yang saat ini hilang dalam pendidikan sekolah. ditambah perkembangan jaman dan pengaruh fasilitas yang lebih modern, seakan-akan anak2 dipaksa lebih dewasa sebelum waktunya. itu tugas Orang Tua dan Pemerintah dalam memberikan bentuk pendidikan yang baik bagi anak2.

    BalasHapus
  7. acara2 di tv sudah jarang menampilkan film anak2 sampai kuis dan permainan anak2 usia dini,dulu tahun 90an-2000an masih banyak acara anak2 seperti tralala trilili,,ato acara lagu anak2 seangkatan joshua,,chikita meidy,,tina toon,,dll,,,wahai komisi penyiaran indonesia sudah saatnya anda tegas dalam menentukan program2 yang akan ditayangkan di tv,,

    BalasHapus
  8. Kesimpulannya permasalahan ini begitu kompleks dan banyak faktor yang saling berhubungan. Mulai dari orang tua, sekolah, media, globalisasi dsb. Mudah-mudahan ada aksi sinergis yang dapat meminimalisir dampak buruk ini. Huhuhu sungguh miris dengan pergeseran spt ini....

    BalasHapus
  9. Saya setuju, seorang tua harus mendidik anak dengan benar,,?

    BalasHapus
  10. ^^ maksudnya seorang tua atau orang tua kak Herman?

    BalasHapus
  11. Mbk putri..,, anda bkin niii artikel tu atas pengalaman sendiri twu gak..?? Minta respon nya mbk putri...,, maaf ganggu akhir pekan..。。。。普通日 啊股身体那

    BalasHapus